Rabu, 08 September 2021

Seorang Gadis yang Mengenang Lara (1)

Desiran angin mengibaskan daun bidara
Masuk lewat celah jendela mata
Ke dalam ruang hampa di dalam ingatan
Membuka kembali lembaran kenang; kenang yang ingin dimusnahkan

Genap lima tahun silam, di bawah pohon bidara ini
Seorang gadis sedang menunduk menuai lara
yang ia tanam berdua dengan kekasihnya yang berdusta
lelaki itu berkata bahwa benih yang ditanam bersama itu adalah benih bahagia; padahal lara organik

Musim itu menjadi musim muram dan suram bagi sang gadis
Lantaran baru kemarin ia selesai menyebar kabar hendak menggelar pernikahan
Sedang esok harinya, lelaki itu pergi meninggalkannya
Setelah meneguk anggur dari cawan tubuhnya

Sang Gadis seperti kehilangan seluruh dirinya
Betapa kehidupan sungguh seperti ilusi, tak bisa dipercaya
Seminggu lalu dunia bagai taman berbunga
Hari ini yang ia rasakan hanya lumpur nanah yang terus menghisap dirinya; menenggelamkannya dalam kehinaan

Betapa kehidupan sungguh seperti ilusi, ia tak berdaya.


Adi Muhammad,
Garut, 9 September 2021

Jumat, 03 September 2021

26 Tahun

Selamat ulang tahun, diri.

Dua puluh enam tahun, sudah seberapa dekat engkau dengan dirimu?
Seberapa baik engkau mengenalnya?
Seberapa serius engkau mencarinya?
Jangan-jangan, engkau lurus-lurus saja.
Engkau di lenakan dengan segala rupa kepalsuan,
yang justru semakin membuatmu asing dengan dirimu sendiri.

Wahai diri, tiap tahun aku mengatakan
bahwa hari ulang tahun adalah stasiun.
Maka berhentilah sejenak dari perjalanmu yang melelahkan; barangkali tanpa tujuan.
Keluar dari gerbong, merokok sejenak.
Tinjau ulang kehidupan.

Kau tahu, waktumu tidak banyak, sesaat lagi kereta harus berangkat.
Namun tiap detik dari perenunganmu sungguh sangat berharga
Temuilah dirimu lagi, terus menerus, berulang-ulang.
Temukan Ia.


Adi Muhammad,
Garut, 21 Agustus 2021